Rabu, 04 September 2013

Kisah Ya'juj dan Ma'juj di Indonesia


yA'JUJ Ma'juj
Bismilaahirrahmaanirrahiim. . . .
Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Syam a.s segera datang menemuinya, namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan Yafits. Akibat dari ketidak patuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya (berhubungan suami istri) kemudian melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang ganjil. Ketika dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang sempurna. Selain itu ukuran besar dan bobot masing-masing juga berbeda, ada yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk selanjutnya yang besar kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa), sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka kemudian dikenal sebagai Ya’juj dan Ma’juj.
Selain wujudnya yang ganjil, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai nafsu makan yang melebihi normal. Padahal bilamana mereka makan tumbuhan tertentu maka tumbuhan itu akan berhenti tumbuh sampai kemudian mati. Demikian pula bila minum air dari suatu tempat maka airnya tidak akan bertambah lagi. Sehingga banyak sumber-sumber air dan sungai menjadi kering karenanya. Masyarakat di sekitar mereka pun harus menanggung dampaknya yaitu krisis pangan dan air.
Karena interaksi sosial yang tidak kondusif akibat masalah yang dibawa oleh Ya’juj dan Ma’juj ini maka mereka kemudian cenderung mengisolasi diri di suatu celah gunung di tengah-tengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan yafits dan ham. Namun bilamana mereka membutuhkan makan dan minum, akan keluar secara serentak bersama-sama ke daerah-daerah sekitarnya yang masih belum tersentuh oleh mereka sebelumnya. Karena kondisi fisiknya, mereka mampu menempuh perjalanan jauh dalam waktu relatif lebih pendek dibandingkan oleh manusia normal. Bagi golongan raksasa karena mereka mampu melangkah dengan jangkauan lebar sedangkan golongan liliput adalah karena sedemikian ringan bobotnya terhadap gravitasi bumi sehingga bila berjalan sangat cepat seperti meluncur bersama angin.
Pada puncak keresahan masyarakat pada masa itu, Allah SWT kemudian mengutus salah satu hambaNya yang berkulit kehitaman (tetapi bukan termasuk ras negro) dengan dua benjolan kecil (tidak bertulang tanduk) di kedua sisi keningnya yang sebenarnya lebih sering tak tampak karena tertutupi oleh surbannya yaitu Dzul Qarnain untuk menghadang laju Ya’juj dan Ma’juj yang telah menimbulkan kerusakan alam yang akan terus bertambah luas.
“Berilah Aku potongan-potongan besi,” hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung itu, berkatalah dzulqarnain,”Tiuplah (api itu),” Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata,”Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” (Al Kahfi: 96)
Sesuai petunjuk Allah, Dzul Qarnain kemudian mengajak masyarakat di sekitar lokasi tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj untuk bersama-sama membuat dinding tembaga dan besi yang akan menutup satu-satunya lubang keluar masuk mereka. Setelah selesai, masyarakat yang sebelumnya tinggal di dekat dinding diajak untuk meninggalkan lokasi yang sudah kering tanpa air dan tumbuhan tersebut menuju ke tempat lain yang lebih layak untuk di huni.
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.” (Al Kahfi: 97)
Ya’juj dan Ma’juj yang telah terkurung terus berupaya membuka dinding logam tersebut dengan segala cara, bahkan dengan menjilatinya karena mereka tahu bahwa benda apapun yang mereka sentuh dengan mulutnya akan berhenti tumbuh/bertambah, kering atau tergerus. Cara ini mampu membuat bagian-bagian dinding yang mereka sentuh menjadi tipis. Namun setiap kali akan berlubang, Allah mengembalikan lagi kondisinya seperti semula. Untuk bertahan hidup selama terkurung di balik dinding, Allah menumbuhkan sejenis lumut, sebagai satu-satunya tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak setiap kali dimakan oleh masyarakat Ya’juj dan Ma’juj.
“Dzulqarnain berkata,“Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (Al Kahfi: 98)
Tadabburilah atau pahamilah makna terdalam dari ayat diatas yg mengatakan “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku… ingat negeri kita ini adalah negeri yg dirahmati oleh ALLAH SWT, karena negeri ini adalah negeri SYAM yg diatasnya malaikat rahmah mengembangkan sayapnya yg berupa garis khatulistiwa, sementara tembok ya’juj ma’juj berada tepat di garis khatulistiwa tersebut, berarti tembok inilah yg menandakan kebesaran ALLAH SWT yg terkandung dari ayat diatas, yg berupa “Garis khatulistiwa yg ditampakkan melalui tembok ya’juj ma’juj”, maka jika kita tidak bersyukur akan rahmat ALLAH SWT ini dan malah merusak negeri kita sendiri dengan kezhaliman, maksiat, dan perusakan lainnya, jangan salahkan tuhanmu jika tembok tersebut malah menjadi malapetaka bagi kita sendiri dan negeri kita sendiri…..
طُوبَى لِلشَّامِ. فَقُلْنَا : لأَيٍّ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : لأَنَّ مَلَائِكَةَ الرَّحْمَنِ بَاسِطَةٌ أَجْنِحَتَهَا عَلَيْهَا
Kebaikan pada negeri Syam.’ Kami bertanya, ‘Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda: ‘Karena Malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.”
(HR. Tirmizi, no. 3954, beliau berkomentar, haditsnya hasan Gharib. Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 35/483. Cetakan Muassasah Ar-Risalah,   dishahehkan oleh para peneliti. Dishahihkan pula oleh Syekh Al-Albany dalam kitab ‘As-Silsilah As-Shahihah no. 503)

Allah SWT juga mewahyukan kepada Dzul Qarnain bahwa dinding itu akan terjaga dan baru akan terbuka bila saatnya tiba yaitu kelak menjelang datangnya Hari Kiamat. Kemudian Allah menjadikan gaib (tidak terlihat) lokasi dinding tersebut.
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (Al Anbiyaa: 96)
Mereka berusaha untuk keluar dengan berbagai cara, hingga sampai saat matahari akan terbenam mereka telah dapat membuat sebuah lobang kecil untuk keluar. Lalu pemimpinnya berkata,’Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.” Namun keesokkan harinya lubang kecil itu sudah tertutup kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah. Mereka pun bingung tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang untuk keluar. Demikian kejadian tersebuat terjadi berulang-ulang. Hingga kelak menjelang Kiamat, di akhir sore setelah membuat lubang kecil pemimpin mereka berkata,“InsyaAllah, Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.” Maka keesokan paginya lubang kecil itu masih tetap ada, kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air bah memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat mereka jangkau di bumi.
Pada saat Ya’juj dan Ma’juj menyerang pada saat mendekati kiamat nanti dan saat itu masyarakat muslim termasuk Nabi Isa a.s yang telah terpojok di sebuah gunung (tur). Nabi Isa dan Umat muslim lalu bersama-sama berdoa kepada Allah agar terhindar dari masalah akibat perbuatan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian Allah SWT memerintahkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari tengkuk Ya’juj dan Ma’juj yang langsung mengakibatkan kematian mereka secara serentak.
“…Dan setan2, setiap sebagai pembangun dan penyelam” (Q.S. Shaad:37)
selama ini kita salah paham dgn ayat ini. Kita mengira bahwa setan/Jin membuat tembok bangunan itu di darat, ternyata bangunan itu dibuat di dasar laut.
jayapura-walls-indonesiaSekitar 62 km di utara jayapura Indonesia membentang bangunan yg mirip tembok/dinding di dasar laut yg panjangnya 112 km, sejajar garis khatulistiwa (coba lihat google earth di laut utara jayapura).
Tinggi bangunan ini 1,8 km dan lebarnya 2,7 km. Kalau kita meletakkan piramida kufu di dekatnya, terlihat Kufu sangat kecil. Pertanyaannya “Siapa yg membangun bangunan sepanjang dan sebesar ini di dalam laut?”. Jawabannya jelas bukan manusia. Di darat tidak ada bangunan setinggi 1 km. Bagaimana bangunan setinggi 1,8 km di dalam laut dapat dibangun oleh Manusia? Makluk apa yg bisa mengendalikan makhluk ini? Hal itu tidak bisa di jawab dalam ilmu bumi ilmiah kita. Ia hanya bisa dijawab dalam AL-Qur’an yg mengatakan setan/Jin pembangun dan penyelam di zaman nabi Sulaiman As. Mungkin saja nabi Dzulkarnain As pada zaman itu juga hidup bersamaan dgn nabi sulaiman As, jadi nabi Dzulkarnain As ingin menolong warga di sekitar pulau jayapura dari ya’juj ma’juj dgn membuat bangunan tembok yg kemudian diperintahkanlah kepada nabi Sulaiman As untuk menyuruh setan2/Jin yg bkerja padanya untuk membangun tembok tersebut di dasar laut. (lihat video tembok ya’juj ma’juj yg dibuat oleh nabi sulaiman As dan nabi Dzulkarnain di link berikut, lihat di menit 29 sampai 35 : http://www.youtube.com/watch?v=W344Ijvxg6w)
ingatlah, bahwa pulau papua adalah pulau yg mempunyai kekayaan bahan tambang yg sangat berlimpah, termasuk besi, logam, dan tembaga yg nabi Dzulkarnain As gunakan untuk mendirikan tembok ya’juj ma’juj, begitu juga nabi sulaiman As yg mewarisi ilmu kenabian ayahnya yaitu nabi Daud As, mukjizatnya berupa bisa melunakan bahan2 tambang termasuk besi, tembaga, dan logam, seperti yg dikatakan pada ayat AL-Qur’an berikut :
An Naml:16 ﴿Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.
﴾ Saba’:12 ﴿“Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.”
WaAllahu ‘Alam.

0 komentar:

Posting Komentar